Bait-Bait Cinta Boleh jadi ini salah satu fiksi-Islam-pesantren post-tradisonalisme. Tokoh utamanya adalah Jaka Suganda. Dia adalah sosok yang dinamis, cerdas, dan menjadi aktivis di sekolahnya. Ia bertekad meneruskan belajarnya di universitas Al-Azhar Mesir, meski keadaan ekonominya tidak memungkinkan. Sementara Haji Ismail adalah seorang kaya yang derma. Singkat cerita, dialah yang akhirnya mengantarkan cita-cita Jaka untuk bisa melanjutkan pendidikannya ke negeri Musa itu. Drama `simpatik’ Haji Ismail ini berkat permintaan putrinya, Fatimah Diyah Pitaloka, yang memang sudah lama memendam kekaguman sejak duduk pertama kali di bangku sekolah. Hal itu bisa terjadi, sebab Jaka dan Fatimah adalah siswa dalam sekolah yang sama. Fatimah duduk di kelas 1, ketika Jaka duduk di kelas 3 MAN dan menjadi ketua OSIS. Saat-saat sebelum keberangkatannya ke Mesir, Haji Ismail sempat dibuat berdecak kagum saat menyaksikan kecerdasan Jaka, terutama dalam hal sejarah lokal, seperti tentang