Cobaan merupakan sunnatullah bagi setiap manusia. Ada beberapa makna dalam sebuah cobaan. Ada yang bermakna sebagai peringatan, lalu sebagai pengganti, ataukah Allah swt sedang mencoba bagaimana manusia menerima atas musibah atau cobaan yang telah Dia berikan. Dalam konteks ini, Allah swt hendak mencoba tingkat kesabaran atau keimanan seseorang kepada.
Namun yang perlu kita ketahui, bahwa terjadinya musibah atau kerusakan di darat dan di laut, itu disebabkan oleh ulah manusia sendiri. Hal itu telah Allah sebutkan dalam firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Ar-Ruum ayat 41 berikut ini:
ظهر الفسا د في البر و البحر بما كسبت أيد ى الناس ليذ يقهم بعض الذى عملوا لعلهم ير جعون ( الروم 41
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Terjadinya tabrakan maut yang menewaskan sembilan orang, lalu kecelakaan bus yang menewaskan 15 orang, adalah contoh-contoh cobaan atau peringatan dari Allah terhadap hambanya. Semua cobaan ini menjadi sebuah bentuk peringatan dari Allah swt, agar kita mempersiapkan bekal di hari akhir nanti. Dengan ketabahan yang kuat, Insya Allah di akhir nanti, kita meninggal atau kembali kepada Allah dalam keadaan beriman.
Suatu bentuk kasih sayang Allah kepada kita semua, yakni dengan menurunkan Al-qur’an sebagai pedoman hidup dan menjadi petunjuk bagi ummat Islam. Ini supaya mereka yang mendapatkan cobaan atas musibah yang terjadi, justru semakin menebalkan imannya. Ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-qur’an surat Al-Baqarah ayat 2:
ذ لك الكتب لا ريب فيه هدى للمثقين( البقرة 1
“Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”
Bentuk kasih sayang Allah kepada hambanya, yakni dengan menyuruh kita semua membekali diri dengan ketaqwaan. Dengan bekal taqwa, Insya Allah pada akhirnya kita mendapatkan jalan yang lurus dan surge-Nya. Ini tercermin dari firman Allah dalam Al-qur’an yang artinya :
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku”
Takwa yang dimaksud adalah menjauhkan diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya. Menjauhi segala larangan-Nya tidak cukup diartikan dengan rasa takut saja. Sebab, takwa juga bisa berarti, membuat benteng diri antara kita dan kemaksiatan. Jadi, sebelum terjadi kemaksiatan, kita sudah membuat benteng yang kokoh, agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan. Takwa juga berarti menjadikan syaitan atau iblis sebagai musuh utama.
Sebagai orang yang beriman, cobaan bisa dipandang menjadi baik, apabila apabila diberikan kesenangan, mereka bersyukur, dan apabila ditimpah musibah, dia bersabar. Dalam hadist Rasulullah saw:
“Segala urusan orang-orang mu’min, sesungguhnya segala urusannya terdapat kebaikan, dan bukan urusan urusan orang-orang yang beriman tersebut kecuali orang mu’min, yaitu : apabila mereka mendapatkan kebaikan (bersyukur) dan itu baik bagi mereka, apabila mereka mendapatkan musibah atau bahaya (bersyukur) dan itu baik bagi mereka.” (HR.Muslim)
Orang-orang yang bersyukur kepada Allah senantiasa menegakkan ketaatan kepada Allah. Sebab, kesyukuran bukan menjadi bukti perkataan manusia, melainkan ketaatan kepada Allah. Bersyukur kepada Allah menjadi baik bagi mereka yang beriman dan akan mendapatkan dua kenikmatan, yaitu kenikmatan agama dan dunia. Kenikmatan dunia dengan kesenangan dan kenikmatan agama dengan bersyukur. Itulah hal biasa dilakukan oleh seorang mu’min.
Orang-orang yang bersyukur atas cobaan atau musibah yang di berikan kepada-Nya, senantiasa berpegang teguh dengan rumus:lillah-billah-ma’allah, yaitu segala bentuk sesuatu dikerjakan karena Allah dan akan selalu bersama Allah. Waffaqumullah jamii’an.
Namun yang perlu kita ketahui, bahwa terjadinya musibah atau kerusakan di darat dan di laut, itu disebabkan oleh ulah manusia sendiri. Hal itu telah Allah sebutkan dalam firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Ar-Ruum ayat 41 berikut ini:
ظهر الفسا د في البر و البحر بما كسبت أيد ى الناس ليذ يقهم بعض الذى عملوا لعلهم ير جعون ( الروم 41
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Terjadinya tabrakan maut yang menewaskan sembilan orang, lalu kecelakaan bus yang menewaskan 15 orang, adalah contoh-contoh cobaan atau peringatan dari Allah terhadap hambanya. Semua cobaan ini menjadi sebuah bentuk peringatan dari Allah swt, agar kita mempersiapkan bekal di hari akhir nanti. Dengan ketabahan yang kuat, Insya Allah di akhir nanti, kita meninggal atau kembali kepada Allah dalam keadaan beriman.
Suatu bentuk kasih sayang Allah kepada kita semua, yakni dengan menurunkan Al-qur’an sebagai pedoman hidup dan menjadi petunjuk bagi ummat Islam. Ini supaya mereka yang mendapatkan cobaan atas musibah yang terjadi, justru semakin menebalkan imannya. Ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-qur’an surat Al-Baqarah ayat 2:
ذ لك الكتب لا ريب فيه هدى للمثقين( البقرة 1
“Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”
Bentuk kasih sayang Allah kepada hambanya, yakni dengan menyuruh kita semua membekali diri dengan ketaqwaan. Dengan bekal taqwa, Insya Allah pada akhirnya kita mendapatkan jalan yang lurus dan surge-Nya. Ini tercermin dari firman Allah dalam Al-qur’an yang artinya :
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku”
Takwa yang dimaksud adalah menjauhkan diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya. Menjauhi segala larangan-Nya tidak cukup diartikan dengan rasa takut saja. Sebab, takwa juga bisa berarti, membuat benteng diri antara kita dan kemaksiatan. Jadi, sebelum terjadi kemaksiatan, kita sudah membuat benteng yang kokoh, agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan. Takwa juga berarti menjadikan syaitan atau iblis sebagai musuh utama.
Sebagai orang yang beriman, cobaan bisa dipandang menjadi baik, apabila apabila diberikan kesenangan, mereka bersyukur, dan apabila ditimpah musibah, dia bersabar. Dalam hadist Rasulullah saw:
“Segala urusan orang-orang mu’min, sesungguhnya segala urusannya terdapat kebaikan, dan bukan urusan urusan orang-orang yang beriman tersebut kecuali orang mu’min, yaitu : apabila mereka mendapatkan kebaikan (bersyukur) dan itu baik bagi mereka, apabila mereka mendapatkan musibah atau bahaya (bersyukur) dan itu baik bagi mereka.” (HR.Muslim)
Orang-orang yang bersyukur kepada Allah senantiasa menegakkan ketaatan kepada Allah. Sebab, kesyukuran bukan menjadi bukti perkataan manusia, melainkan ketaatan kepada Allah. Bersyukur kepada Allah menjadi baik bagi mereka yang beriman dan akan mendapatkan dua kenikmatan, yaitu kenikmatan agama dan dunia. Kenikmatan dunia dengan kesenangan dan kenikmatan agama dengan bersyukur. Itulah hal biasa dilakukan oleh seorang mu’min.
Orang-orang yang bersyukur atas cobaan atau musibah yang di berikan kepada-Nya, senantiasa berpegang teguh dengan rumus:lillah-billah-ma’allah, yaitu segala bentuk sesuatu dikerjakan karena Allah dan akan selalu bersama Allah. Waffaqumullah jamii’an.
Comments
Post a Comment