Rasa penghambaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah bentuk yang paling agung yang dirasakan setiap muslim. Adalah sebuah nikmat besar, yang siapapun tidak dapat mengetahui artinya kecuali mengikhlaskan sepenuh bentuk ibadah hanya kepada Allah, yang tidak ada tandingan bagiNya. Dari semua sisi ini kita akan mencoba memberikan sedikit masukan dan pengajaran kepada para dai, penuntut ilmu dan siapa saja yang sedang mencari tahu tentang bentuk penghambaan seorang manusia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tentang apa, pengertian, dan pembagian penghambaan seorang manusia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketahuilah wahai saudaraku kaum muslimin, bahwa penghambaan itu terbagi menjadi dua, yaitu penghambaan khusus dan umum.
Adapun yang khusus adalah penghambaan dengan penuh cinta dan ketundukkan serta ketaatan yang maksimal, dimana semua inilah yang akan memuliakan dan mengagungkan seorang hamba. Sebagaimana yang tersebut dalam firman Allah,
اللَّهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ (١٩)
“Allah Maha Lembut terhadap hamba-hambaNya; Dia memberi rizki kepada siapa yang dikehendakiNya. Dan Dialah Yang maha Kuat, lagi Maha Perkasa.” (QS. asy-Syura:19)
Allah berfirman,
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا (٦٣)
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. al-Furqan:63).
Bentuk penghambaan seperti ini hanya dimiliki khusus oleh orang-orang yang beriman sedang mereka taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, merekalah yang tidak disertai orang-orang kafir yang telah keluar dari syariatNya baik dari perintah ataupun laranganNya. Adapun manusia yang lain sangat menyelisihi dan berbeda dari golongan ini dengan perbedaan yang sangat mencolok.
Maka setiap hamba yang cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengikuti apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan dan Allah larang serta tunduk kepada syariatNya adalah ia yang paling banyak memiliki rasa penghambaan ini.
Dan seagung-agungnya manusia yang mempunyai kedudukan seperti ini adalah mereka para nabi dan rasul. Dan yang teragung dari mereka adalah nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Oleh karena itu tidaklah tersebutkan di dalam Al-Qur’an seorangpun yang disifati dengan sifat penghambaan yang maksimal kecuali hanya beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan sifat penghambaan ini sebagai kedudukan yang paling agung sebagaimana kedudukan sebuah wahyu, Allah berfirman,
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجَا (١)
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hambaNya al-kitab (Al-Qur’an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya” (QS. al-Kahfi :1). Sebagaimana agungnya juga kedudukan Isra’, lewat ayatNya:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (١)
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari almasjid haram ke almasjid aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. al-Isra’:1), sebagaimana agungnya dakwah lewat firmanNya,
وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدًا (١٩)
“Dan bahwasannya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembahnya (mengerjakan ibadat) hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya (QS. Al-Jin:19). Dan ayat-ayat yang lain.
Sedang kemulian dari segala kemuliaan dari penghambaan ini tidaklah akan dapat teraplikasikan kecuali jika kita sudah memiliki rasa rendah diri dan rasa kepapaan di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya merasa butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demikian itu tidak akan terjadi kecuali jika seorang manusia mampu menyatukan antara rasa kecintaan kepada Allah, rasa takut, serta mengharap segala kemuliaan dan pahalaNya.
Adapun penghambaan umum adalah sebuah penghambaan yang semua makhluk tidak dapat keluar darinya. Atau biasa disebut sebagai sebuah penghambaan yang dipaksakan. Semua makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berlaku atas mereka segala ketentuan hukumNya. Yang mereka wajib tunduk terhadap segala ketetapanNya. Siapapun tidak dapat memiliki pada dirinya mara bahaya atau sebuah kenikmatan kecuali atas izin Rabbnya dan Raja Diraja yang dapat mengubah-ubah semuanya, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bentuk penghambaan seperti inilah yang terdapat dalam firman Allah, “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.”(QS. Maryam: 93).
Adapun penghambaan ini tidak dapat menimbulkan sebuah kemuliaan atau kelebihan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka siapa saja yang berpaling dari bentuk penghambaan yang khusus, maka dia tetap terkungkung dan terpaksa dalam bentuk penghambaan yang umum. Siapapun tidak dapat lari dan keluar darinya. Karena semua makhluk ciptaan adalah hamba Allah, maka siapa saja yang tidak mau beribadah menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia tetap mempunyai pilihan sebagai hambaNya dengan paksa…
Mari kita selalu memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Dia menjadikan kita sebagai hamba-hambaNya yang ikhlas dan dari para waliNya yang selalu bertaqarrub kepadaNya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Maha Mengabulkan doa. Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih Tahu dan lebih Bijaksana. Wa Sholallahu alaihi wasalam dan semoga Allah memberikan berkah kepada hambaNya, nabiNya nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, para keluarga, dan sahabatnya semua.
(Majalah Qiblati Edisi 6 Tahun 1)
Adapun yang khusus adalah penghambaan dengan penuh cinta dan ketundukkan serta ketaatan yang maksimal, dimana semua inilah yang akan memuliakan dan mengagungkan seorang hamba. Sebagaimana yang tersebut dalam firman Allah,
اللَّهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ (١٩)
“Allah Maha Lembut terhadap hamba-hambaNya; Dia memberi rizki kepada siapa yang dikehendakiNya. Dan Dialah Yang maha Kuat, lagi Maha Perkasa.” (QS. asy-Syura:19)
Allah berfirman,
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا (٦٣)
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. al-Furqan:63).
Bentuk penghambaan seperti ini hanya dimiliki khusus oleh orang-orang yang beriman sedang mereka taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, merekalah yang tidak disertai orang-orang kafir yang telah keluar dari syariatNya baik dari perintah ataupun laranganNya. Adapun manusia yang lain sangat menyelisihi dan berbeda dari golongan ini dengan perbedaan yang sangat mencolok.
Maka setiap hamba yang cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengikuti apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan dan Allah larang serta tunduk kepada syariatNya adalah ia yang paling banyak memiliki rasa penghambaan ini.
Dan seagung-agungnya manusia yang mempunyai kedudukan seperti ini adalah mereka para nabi dan rasul. Dan yang teragung dari mereka adalah nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Oleh karena itu tidaklah tersebutkan di dalam Al-Qur’an seorangpun yang disifati dengan sifat penghambaan yang maksimal kecuali hanya beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan sifat penghambaan ini sebagai kedudukan yang paling agung sebagaimana kedudukan sebuah wahyu, Allah berfirman,
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجَا (١)
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hambaNya al-kitab (Al-Qur’an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya” (QS. al-Kahfi :1). Sebagaimana agungnya juga kedudukan Isra’, lewat ayatNya:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (١)
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari almasjid haram ke almasjid aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. al-Isra’:1), sebagaimana agungnya dakwah lewat firmanNya,
وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدًا (١٩)
“Dan bahwasannya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembahnya (mengerjakan ibadat) hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya (QS. Al-Jin:19). Dan ayat-ayat yang lain.
Sedang kemulian dari segala kemuliaan dari penghambaan ini tidaklah akan dapat teraplikasikan kecuali jika kita sudah memiliki rasa rendah diri dan rasa kepapaan di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya merasa butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demikian itu tidak akan terjadi kecuali jika seorang manusia mampu menyatukan antara rasa kecintaan kepada Allah, rasa takut, serta mengharap segala kemuliaan dan pahalaNya.
Adapun penghambaan umum adalah sebuah penghambaan yang semua makhluk tidak dapat keluar darinya. Atau biasa disebut sebagai sebuah penghambaan yang dipaksakan. Semua makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berlaku atas mereka segala ketentuan hukumNya. Yang mereka wajib tunduk terhadap segala ketetapanNya. Siapapun tidak dapat memiliki pada dirinya mara bahaya atau sebuah kenikmatan kecuali atas izin Rabbnya dan Raja Diraja yang dapat mengubah-ubah semuanya, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bentuk penghambaan seperti inilah yang terdapat dalam firman Allah, “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.”(QS. Maryam: 93).
Adapun penghambaan ini tidak dapat menimbulkan sebuah kemuliaan atau kelebihan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka siapa saja yang berpaling dari bentuk penghambaan yang khusus, maka dia tetap terkungkung dan terpaksa dalam bentuk penghambaan yang umum. Siapapun tidak dapat lari dan keluar darinya. Karena semua makhluk ciptaan adalah hamba Allah, maka siapa saja yang tidak mau beribadah menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia tetap mempunyai pilihan sebagai hambaNya dengan paksa…
Mari kita selalu memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Dia menjadikan kita sebagai hamba-hambaNya yang ikhlas dan dari para waliNya yang selalu bertaqarrub kepadaNya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Maha Mengabulkan doa. Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih Tahu dan lebih Bijaksana. Wa Sholallahu alaihi wasalam dan semoga Allah memberikan berkah kepada hambaNya, nabiNya nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, para keluarga, dan sahabatnya semua.
(Majalah Qiblati Edisi 6 Tahun 1)
Comments
Post a Comment