Nama :
Muhammad Sainudin Noor
No.Absen : 17
Kelas : XI IPA2
|
Teori Atom Dalton
Sekitar 2,5 abab yang lalu, filusuf dari
Yunani yaitu Leukippus berpendapat bahwa suatu materi akan tersusun
atas butiran-butiran kecil, pendapat ini kemudian dikembangkan oleh
seorang muridnya yang bernamaDemokritus. Demokritus selenjutnya
berpendapat bahwa suatu materi tersusun oleh partikel-partikel kecil yang tidak
dapat dibagi lagi, selajutnya partikel-partikel yag kecil tersebut dinamakan
dengan atom.
Konsep atom ini selanjutnya berkembang setelah
terdapat perumusan tentang Hukum Kekekalan Massa dan Hukum Perbandingan Tetap,
yaitu pada abab 18 John Dalton mengungkapan teori tentang atom
Sekitar 2,5 abab yang lalu,
filusuf dari Yunani yaitu Leukippusberpendapat bahwa suatu materi akan tersusun
atas butiran-butiran kecil, pendapat ini kemudian dikembangkan oleh
seorang muridnya yang bernamaDemokritus. Demokritus selenjutnya berpendapat bahwa suatu materi
tersusun oleh partikel-partikel kecil yang tidak dapat dibagi lagi, selajutnya
partikel-partikel yag kecil tersebut dinamakan dengan atom.
Konsep atom ini selanjutnya berkembang setelah
terdapat perumusan tentang Hukum Kekekalan Massa dan Hukum Perbandingan Tetap,
yaitu pada abab 18 John Dalton mengungkapan teori tentang atom
Pada tahun 1804, John Dalton
mengemukakan tentang eksitensi dari suatu atom. Ia berpendapat bahwa konsep
atom menurut Demokritus benar karena tidak bertentangan dengan hukum Hukum
Kekekalan Massa dan Hukum Perbandingan Tetap. Berdasarkan pada pemikiran
tersebut ia merumuskan teori atom, teori tersebut sebagai berikut :
1. Materi tersusun
dari partikel-partikel kecil yang disebut dengan atom
2. Unsur adalah
materi yang tersusun dari atom-atom yang sejenis dengan massa dan sifat yang
sama
3. Unsur yang
berbeda memiliki atom-atom dengan massa dan sifat yang berbeda pula.
4. Senyawa adalah
materi yang tersusun dari sekurang- kurangnya 2 jenis atom dari unsur-unsur
yang berbeda, dalam senyawa atom-atom tersebut berikatan melalui ikatan antar
atom.
5. Atom tdak dapat
dimusnahkan. Reaksi kimia hanyalah terjadi penataan ulang dari atom-atom yang
terlibat dalam reaksi tersebut.
Dalam perkembangannya, tidak semua
isi teori atam Dalton adalah benar, karena atom ternyata masih dapat terbagi
lagi menjadi partikel-partikel yang lebih kecil yaitu partikel subatomik,
seperti elektron, proton dan neuton.
Selain mengungkapkan tentang teori
atom, Dalton juga memberikan gambaran tentang model atom, model tersebut
digambarkan sebagai berikut :
John Dalton (1766-1844) Model Atom Dalton
Teori Atom Thomson
Penemuan elektron atas penelitian yang dilakukan oleh William Crookes (1875) yang disempurnakan oleh J.J. Thomson dan R. Milikan, memberikan bukti bahwa ketidaksempurnaan model atom Dalton, hal ini karena massa elektron lebih kecil dibandingkan dengan atom
J.J. Thompson memperinci model atom Dalton. Dikemukakannya bahwa “Atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan didalamnya tersebar muatan negatif elektron.
Cara yang mudah dan praktis untuk menggambarkan model ini adalah dengan menganggap elektron sebagai kismis di dalam roti proton, sehingga model ini diberi nama model roti kismis. Berikut ini gambar JJ Thomson dan Model Atomnya
Penemuan elektron atas penelitian yang dilakukan oleh William Crookes (1875) yang disempurnakan oleh J.J. Thomson dan R. Milikan, memberikan bukti bahwa ketidaksempurnaan model atom Dalton, hal ini karena massa elektron lebih kecil dibandingkan dengan atom
J.J. Thompson memperinci model atom Dalton. Dikemukakannya bahwa “Atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan didalamnya tersebar muatan negatif elektron.
Cara yang mudah dan praktis untuk menggambarkan model ini adalah dengan menganggap elektron sebagai kismis di dalam roti proton, sehingga model ini diberi nama model roti kismis. Berikut ini gambar JJ Thomson dan Model Atomnya
Model Atom Rutherford
Pada tahun 1910, Rutherford melakukan eksperimennya
dengan melakukan penembakan sinar alfa terhadap sasaran sebuah lempeng emas
tipis. Sinar alfa merupakan sinar yang berasal dari partikel yang dipancarkan
oleh zat radioaktif. Sinar ini merupakan partikel atom helium yang bermuatan
positif serta mampu menembus berbagai logam.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa adanya partikel alfa yang terpantul pada penembakan lempeng tipis emas. Fakta ini tidak sesuai dengan model atom yang dikemukakan oleh J.J. Thomson dimana atom digambarkan bersifat homogen pada seluruh bagiannya (tidak mengindikasikan adanya bagian yang lebih padat pada atom).
Berikut ini eksperimen yang dilakukan oleh Rutherford :
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa adanya partikel alfa yang terpantul pada penembakan lempeng tipis emas. Fakta ini tidak sesuai dengan model atom yang dikemukakan oleh J.J. Thomson dimana atom digambarkan bersifat homogen pada seluruh bagiannya (tidak mengindikasikan adanya bagian yang lebih padat pada atom).
Berikut ini eksperimen yang dilakukan oleh Rutherford :
Gambar. I.8 Eksperimen yang dilakukan Rutherford
Dari ekperimen tersebut dapat disimpulkan bahwa :
a. Sebagian besar partikel sinar alfa diteruskan, menunjukkan bahwa pada atom terdapat ruang kosong
b. Partikel sinar alfa yang mendekati inti atom dibelokkan , menunjukkan adanya gaya tolak inti terhadap lempeng tipis emas
c. Adanya sinar yang dipantulkan, menunjukkan bahwa dalam atom-atom emas terdapat bagian yang padat yang mampu memantulkan partikel alfa dan bagian atom yang padat tersebut mempunyai muatan positif (partikel alfa yang bermuatan positif akan ditolak oleh bagian atom yang bermuatan positif)
Dengan kesimpulan ini Rutherford memberikan gagasan untuk model atom yaitu :
Atom tersusun atas inti atom yang memiliki muatan positif dan dikelilingi oleh elektron-elektron yang bermuatan negatif, hal ini dapat diasumsikan dengan planet yang mengelilingi matahari. Planet sebagi elektron sedangkan matahari adalah inti atom yang bermuatan positif. Berikut ini gambar model atomnya :
Pada tahun 1886, sebelum hakikat
sinar katoda ditemukan,Goldstein melakukan suatu eksperimen dengan
tabung sinar katoda dan ia menemukan fakta berikut: Yaitu apabila katoda tidak
berlubang ternyata gas di belakang katoda tetap gelap. Namun, apabila pada
katoda berlubang ternyata gas di belakang katoda menjadi berpijar. Hal
ini menunjukkan bahwa adanya radiasi yang berasal dari anoda, yang menerobos ke
lubang dan menuju ke katoda. Radiasi itu disebut dengan sinar anoda atau
sinar positif atau sinar terusan (yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini)
Hasil eksperimen ini menunjukkan bahwa sinar terusan merupakan radiasi partikel (dapat memutar kincir) yang bermuatan positif (dalam medan listrik dibelokkan ke kutub negatif). Partikel sinar terusan ternyata bergantung pada jenis gas dalam tabung. Artinya, jika gas dalam tabung diganti dengan gas yang lain, ternyata dihasilkan partikel sinar terusan dengan ukuran yang berbeda. Partikel sinar terusan terkecil diperoleh dari gas hidrogen.
Pada tahun 1906, Ernesh Rutherford,
ilmuwan yan berasal dari Inggris dengan menggunakan alat spekrometer massa
(modifikasi dari sinar katoda) untuk membuktikan keberadaan dari partikel yang
memliki muatan positif. Dari penelitian yang telah dilakukan dihasilkan bahwa
atom H menghasilkan partikel bermuatan positif yang paling ringan. Massa
partikel positif dari atom-atom lainnya merupakan kelipatan dari massa positif
atomH.
Selanjutnya pada tahun 1919, partikel
positif dari atom H diberi nama yaitu proton yang berasal dari bahasa Yunani
yaitu “proteis” yang artinya yang terpenting. Massa proton sekitar 1,672 x 10-27.
Eksperimen Rutherford merupakan awal
ditemukan neutron, dalam eksperimen yang ia mencoba menghitung jumlah muatan
positif dalam inti atom dan massa inti atom, dengan harapan massa inti atom dan
massa muatan positif sama tetapi setelah dilakukan perhitungan ternyata
massanya berbeda.
Ini dibuktikan oleh eksperimen yang
dilakukan oleh Aston pada ahun 1919 ia
menemukan alat spektrometer massa, yaitu alat yang dapat digunakan untuk
menentukan massa atom dan massa molekul. Dengan alat tersebut, Aston menemukan
bahwa atom-atom dari unsur yang sama dapat mempunyai massa yang berbeda.
Fenomena ini selanjutnya disebut dengan isotop, salah satu fenomena yang
menggugurkan teori atom Dalton. Selain itu juga ditemukan bahwa massa suatu
atom ternyata tidak sama dengan jumlah proton pada atom tersebut. Banyak atom
yang massanya sekitar dua kali massa protonnya. Berdasarkan kedua fakta
tersebut, Aston menduga keberadaan partikel netral dalam atom yang jumlahnya
dapat berbeda meskipun unsurnya sama.
Selain itu lmuwan Amerika yaitu
William Draper Harkins pada tahun 1920 menduga adanya partikel lain dalam
inti atom selain proton. Partikel tersebut mempunyai massa yang hampir sama
dengan massa proton tetapi partikel tersebut tidak bermuatan. Selanjutnya
Chadwick melakukan eksperimen untuk mengetahui keberadaan partikel yang tidak
bermuatan atau bersifat netral.
Berikut ini gambar eksperimen yang
dilakukan oleh Chadwick pada tahun 1932.
Gambar. I.10 Eksperimen yang
dilakukan Chadwick
Dari penembakan sinar α ke
dalam pelat berilium akan menghasilkan suatu radiasi yang tidak bermuatan.
Apabila terdapat suatu materi padat dalam hal ini menggunakan parafin
ditempatkan sebagai penghalang, maka akan mengakibatkan proton dari atom
hidrogen akan terlempar keluar.
Partikel yang tidak bermuatan
tersebut selanjutnya disebut dengan neutron, dengan massa yaitu 1,675 x 10-27 kg. Berikut ini massa dan muatan dari partikel subatom
elektron, proton dan neutron.
Tabel I.1 Massa dan Muatan dari
subatomik
Partikel
|
Lambang
|
Massa (kg)
|
Muatan
|
|
Satuan
|
Coulomb
|
|||
Elektron
|
e-
|
9,109 x 10 -31
|
-1
|
1,6 x 10-19
|
Proton
|
P
|
1,673 x 10 -27
|
+1
|
1,6 x 10-19
|
Neutron
|
N
|
1,675 x 10 -27
|
0
|
0
|
Model Atom Bohr
Model atom Rutherford tidak bisa
menerangkan mengapa elektron tidak jatuh ke inti atom akibat gaya tarik
elektrostatis inti terhadap elektron. Dalam ilmu pengetahuan, ketidakmampuan
suatu model menerangkan fakta-fakta yang ada menunjukkan bahwa model atom
menurut Rutherford belum sempurna.
Menurut hukum fisika klasik, gerakan
elektron mengelilingi inti akan disertai pemancaran energi berupa radiasi
elektromagnet. Jika demikian maka energi elektron akan melambat. sehingga
lintasannya akan berbentuk spiral dan pada akhirnya elektron akan jatuh ke inti
atom.
Kelemahan dari Rutherford diperbaiki oleh Niels Bohr dengan eksperimennya
menganalisa spektrum warna dari atom hidrogen yang berbentuk garis. Hipotesis
Bohr adalah :
|
|
a.
|
Atom terdiri
dari inti yang bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron yang bermuatan
negatif di dalam suatu lintasan.
|
b.
|
Elektron dapat
berpindah dari satu lintasan ke yang lain dengan cara menyerap atau
memancarkan energi sehingga energi elektron atom itu tidak akan
berkurang.
Jika berpindah lintasan ke lintasan yang lebih tinggi maka elektron akan menyerap energi. Jika berpindah ke lintasan yang lebih rendah maka akan memancarkan energi. |
Berikut ini
gambar model atom Bohr :
|
2.Prinsip Gelombang de Broglie
Pada tahun 1924, seorang mahasiswa Prancis, L. de Broglie, mengusulkan dalam disertasinya bahwa elektron mungkin memiliki sifat-sifat gelombang. Penalarannya didasarkan pada
kesimetrian alam. Karena cahaya diketahui memiliki sifat gelombang dan
partikel, mungkin materi-khususnya elektron-juga memiliki karakteristik
gelombang dan partikel. Usul ini agak spekulatif karena belum ada bukti pada
saat itu aspek apapun tentang elektron. Untuk frekuensi dan panjang gelombang
elektron, de Broglie memilih persamaan:
f = E / h (1) dan λ = h / p (2)
dengan p merupakan momentum dan E merupakan energi elektron.
Persamaan (1) diatas sama seperti persamaan Planck-Einstein untuk energi foton.
Persamaan (2) juga berlaku untuk foton, sebagaimana yang dilihat dari:
λ = c / f = (hc) / (hf) = (hc) / E
Karena momentum foton dihubungkan dengan energinya
oleh E = pc, kita peroleh:
λ = (hc) / pc = h / p
Persamaan de Broglie dianggap berlaku untuk seluruh
materi. Akan tetapi, untuk benda-benda makroskopik, panjang gelombang yang
dihitung dari persamaan (2) demikian kecilnya sehingga tidak mungkin
untuk mengamati sifat interferensi dan difraksi gelombang yang lazim. Sekalipun
partikel sekecil 1 μg terlalu massif agar
karakteristik gelombang teramati. Namun, keadaan ini berbeda untuk elektron
berenergi rendah. Perhatikan elektron yang berenergi kinetik K. Jika elektron
ini tak relativistik, momentumnya diperoleh dari:
K = p² / 2 m, atau p = √2mK
Dengan demikian panjang gelombangnya menjadi:
λ = h / p = h / √2mK = hc / √2mc²K
Dengan menggunakan hc = 1240 eV.nm dan mc² =
0,511 MeV, kita akan peroleh:
λ = 1,226 / √K nm, K dalam elektron volt (3)
Dari persamaan (3) di atas, kita lihat bahwa dengan enegi
dalam orde 10 eV memiliki panjang gelombang de Broglie berorde nanometer. Ini merupakan
orde besaran ukuran atom dan jarak-pisah atom dalam kristal. Dengan demikian,
apabila elektron dengan energi berorde 10 eV datang pada suatu kristal,
elektron ini akan dipancarkan dengan cara hampir sama dengan sinar X dengan
panjang gelombang yang sama.
Pengujian penting yang menentukan keberdaan sifat gelombang
elektron ini ialah pengamatan difraksi dan interferensi gelombang elektron. Ini
dilakukan secara tak sengaja pada tahun 1927 oleh C. J. Davisson dan L. H. Germer sewaktu mereka sedang mengkaji
elektron yang memancar dari sasaran nikel di Bell Telephone
Laboratories. Setelah memanaskan sasaran untuk membuang
lapisan oksida yang telah menumpuk selama kebocoran dalam sistem vakumnya.
Davisson dan Gerner menemukan bahwa intensitas elektron yang dihamburkan
sebagai fungsi sudut hamburan menunjukkan maksima dan minima. Sasaran mereka
telah terkristalkan, dan secara tak sengaja mengamati adanya difraksi elektron.
Mereka kemudian menyiapkan sasaran yang terdiri dari atas kristal tunggal nikel
dan menyelidiki fenomena ini berkali-kali. Pada tahun yang sama G. P. Thomson (putra J. J. Thomson) juga mengamati difraksi elektron
dalam menghantarkan elektron melalui lembaran tipis logam. Lembaran tipis logam
terdiri atas kristal kecil yang diorientasikan secara acak. Pola difraksi yang
terjadi dari lembar tipis menghasilkan lingkaran yang konsentris. Sejak Thomson
melakukan percobaannya, difraksi telah teramati untuk neutron, proton, dan
partikel lainnya.
Tidak lama setelah sifat gelombang elektron berhasil
diperagakan melalui eksperimen, disarankan bahwa elektron dibandingkan dengan
cahaya mungkin dapat digunakan untuk melihat benda kecil. Sekarang mikroskop
elektron merupakan satu alat penelitian yang sangat penting. Alat ini bekerja
dengan cara berkas elektron dibuat sejajar dan difokuskan oleh magnet yang
didesain khusus berfungsi sebagai lensa. Energi elektron biasanya 100 keV, yang
menghasilkan panjang gelombang kira-kira 0,004 nm. Spesimen sasaran sangat
tipis agar berkas yang dihantarkan tidak diperlambat atau dihamburkan terlalu
banyak. Bayangan akhir diproyeksikan ke dalam layar pendar atau film. Berbagai
distorsi yang terjadi akibat masalah pemfokusan dengan lensa magnetik membatasi
resolusi hingga sepersepuluh nm, yang kira-kira seribu kali lebih baik daripada
yang dapat dicapai dengan cahaya tampak.
Prinsip
ketidakpastian Heisenberg
Tidak mungkin kita
mengetahui posisi partikel secara teliti dan momentum partikel secara teliti
pada saat yang bersamaan. Berdasarkan prinsip ini, berarti kita tidak dapat mengetahui
lintasan elektron secara pasti seperti yang dikemukakan oleh Bohr, inilah yang menyebabkan
teori atom Bohr melanggar Prinsip ketidakpastian Heisenberg. Yang dapat
ditentukan hanyalah orbital. Orbital adalah daerah kebolehjadian terbesar
untuk menemukan
elektron (Gambar 9.24) Orbital bukanlah bidang tetapi sebuah ruang, kira-kira
mirip dengan lapisan-lapisan kulit bawang
Persamaan
Gelombang Schrödinger
1. Gelombang
elektron dapat dijelaskan oleh suatu fungsi matematik yang memberikan amplitudo
gelombang pada titik apa saja dalam ruang. Fungsi ini disebut fungsi gelombang
dan dilambangkan oleh huruf Y (psi).
2. Kuadrat fungsi
gelombang 2 Y , memberikan peluang (probabilitas) menemukan elektron pada titik
apa saja dalam ruang. Tidaklah mungkin menyatakan secara tepat di mana lokasi
elektron bila elektron dipandang
sebagai gelombang.
Model gelombang ini tidak bertentangan dengan prinsip ketidakpastian Heisenberg
karena model ini tidak mendefinisikan lokasi elektron secara pasti
3. Ada banyak
fungsi gelombang yang deskripsi gelombang elektronnya dalam suatu atom dapat
diterima. Setiap fungsi gelombang ini dikarakteristikkan oleh sekumpulan
bilangan-bilangan kuantum. Nilai-nilai bilangan kuantum berkaitan dengan bentuk
dan ukuran gelombang elektron dan lokasi elektron dalam ruang
tiga dimensi Berdasarkan
hasil persamaan Schrödinger ,kemungkinan cara terbaik untuk memvisualisasikan
(menggambarkan) sebuah elektron dalam sebuah atom adalah seperti sebuah awan
bermuatan negatif yang didistribusi di sekitar inti atom. Awan ini disebar
menjauhi inti dalam kesebandingan dengan nilai 2 Y dari tiap lokasi.
***
Muhammadsainudinnoor.blogspot.com
Facebook.com/
muhammadsainudinnoor
@sainudin97
Comments
Post a Comment