Alkisah, ada seekor kelelawar yang tinggal di daerah pedesaan. Saat itu, si kelelawar sedang beristirahat dengan menggelantung terbalik di dahan sebuah pohon. Tiba-tiba, kelelawar itu melihat lima ekor burung terbang makin cepat dan makin tinggi. Burung-burung itu tampak begitu menikmati waktu mereka di siang hari.
Si kelelawar mengikuti kawanan burung itu dan mengetahui kalau ternyata burung-burung itu sedang berkompetisi untuk menentukan siapa yang bisa terbang lebih cepat dan lebih tinggi. Tapi begitu diikuti terus, kawanan burung itu tiba-tiba menghilang dari pandangan. Si kelelawar sangat tertarik untuk bergabung dengan mereka. Maka esok harinya, kelelawar itu menunggu kawanan burung itu di pohon.
Yang dinanti-nanti akhirnya datang di tempat yang sama keesokan harinya. Si kelelawar meminta izin untuk ikut serta dalam kompetisi itu. Kawanan burung itu menolaknya karena mereka menganggap si kelelawar spesies yang buruk dan mereka takut padanya. Tapi, si kelelawar tetap mengikuti mereka dari jauh. Tanpa sepengetahuan mereka, si kelelawar juga mengikuti kompetisi itu. Dalam beberapa menit, kawanan burung itu menghilang. Si kelelawar merasa kesepian dan rendah diri karena merasa dirinya makhluk terburuk di bumi ini. Dia merasa sedih dan memutuskan untuk melatih dirinya terbang dengan jarak jauh.
Si kelelawar mengarungi jarak jauh tanpa tujuan apa pun. Akhirnya, dia putuskan untuk beristirahat di sebuah pohon dan betapa terkejutnya saat melihat kawanan burung juga ada di sana. Si kelelawar menjadi sangat bahagia karena mampu menempuh jarak terbang kawanan burung itu. Si kelelawar bertanya pada mereka, apakah dia bisa ikut berkompetisi? Setelah berdiskusi sejenak, kawanan burung itu akhirnya membolehkan si kelelawar untuk bergabung.
Si kelelawar mengarungi jarak jauh tanpa tujuan apa pun. Akhirnya, dia putuskan untuk beristirahat di sebuah pohon dan betapa terkejutnya saat melihat kawanan burung juga ada di sana. Si kelelawar menjadi sangat bahagia karena mampu menempuh jarak terbang kawanan burung itu. Si kelelawar bertanya pada mereka, apakah dia bisa ikut berkompetisi? Setelah berdiskusi sejenak, kawanan burung itu akhirnya membolehkan si kelelawar untuk bergabung.
Kawanan burung itu memulai terbangnya dan si kelelawar juga mengikutinya dengan energi penuh. Beberapa menit kemudian, langit menjadi gelap sehingga kawanan burung itu tidak bisa terbang di malam hari. Gerakan mereka mulai melambat dan si kelelawar terbang mendahului mereka karena dia mampu terbang di malam hari dengan menggunakan pantulan suara dan sensor khusus di tubuhnya. Si kelelawar begitu gembira dan terbang lebih cepat.
Setelah menempuh jarak beberapa meter, si kelelawar mengingatkan kawanan burung untuk mengikutinya. Tapi, begitu menoleh, si kelelawar baru menyadari kawanan burung itu sudah menghilang. Si kelelawar berbalik arah dan menemukan mereka di sebuah pohon. Kawanan burung itu memberi tahu kelelawar bahwa jarak yang mereka tempuh saat ini melebihi jarak yang biasanya mereka capai dan sekarang mereka tidak bisa kembali pulang karena mereka tidak mampu terbang di malam hari. Si kelelawar membantu mereka dan memandunya terbang pulang.
Si kelelawar merasa sangat bahagia, dan menceritakan kisahnya pada sesama kelelawar. Tapi, teman-temannya itu malah memberi respons negatif, “Kau ini bodoh, ya. Kau kan bisa saja dengan mudah memenangkan kompetisi itu dan bisa membanggakan spesies kita.” Tapi si kelelawar yang bahagia itu menjawab lagi, “Aku sudah bahagia waktu aku mendapat kepercayaan dari kawanan burung itu, sehingga aku bisa menjadi pesaing mereka. Aku malah lebih bahagia begitu tahu kalau spesies kita punya kemampuan unik. Dan aku paling bahagia ketika kemampuan itu membantuku memandu burung-burung itu kembali pulang. Selain itu, kompetisi konyol seperti ini tidak lagi penting bagiku.”
Memiliki bakat atau kemampuan tertentu adalah sebuah berkah. Menyadari betul bakat yang kita miliki adalah sebuah kesadaran diri. Memanfaatkan bakat itu demi kebaikan orang lain adalah perbuatan mulia. Jangan sampai kita merasa rendah diri. Jika perasaan negatif itu menyergap diri kita, itu pertanda bahwa kita belum mengenali bakat kita. Dan sekalipun kita sudah menemukan bakat terpendam kita, jangan lupa untuk menggunakan bakat itu demi kebaikan sesama.
Tolong “share” ke teman-teman yang lain agar mereka juga dapat memetik hikmah yang ada pada kisah di atas. Semoga dapat bermanfaat bagi kehidupan kita, terimakasih.
Comments
Post a Comment