Mungkin sebagian dari kita sudah berusaha merutinkan sholat dhuha, namun apakah kita sudah tahu berbagai hal berkaitan dengan sholat dhuha? Sudah sesuaikah sholat dhuha kita dengan apa yang dicontohkan rasulullah SAW?
Kita tahu bahwa ibadah yang tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW maka akan tertolak. Menurut ust. Salim A. Fillah ibaratnya begini: giat ibadah tanpa dilandasi ilmu seperti membawa perbekalan yang banyak dalam keranjang yang bolong… sia-sia.
Kemudian muncullah pertanyaan-pertanyaan seperti ini, bagaimana cara sholat dhuha? Berapa jumlah rakaat sholat dhuha? Kapan dilaksanakannya sholat dhuha?
Waktu pelaksanaan sholat dhuha
Makna dhuha secara etimologis adalah waktu naiknya matahari, artinya sesudah pagi namun belum sampai siang, ketika matahari sedang panas-panasnya. Waktunya ini dimulai saat matahari mulai meninggi hingga mendekati waktu zawal (matahari bergeser ke barat).
Begitu pentingnya waktu dhuha ini, bahkan Allah bersumpah dengan waktu dhuha ini.
“Demi Dhuha (waktu matahari sepenggalahan naik) dan demi malam apabila telah sunyi (gelap) Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.” (QS: Adh-Dhuha: 1-3)
Jika di konversi kedalam waktu di Indonesia, waktu dhuha ini kira-kira dimulai dari pukul 08.00 hinga pukul 09.00. Ada juga yang menyebutkan hingga pukul 11.00. Walohu’alam…
Tata cara dan jumlah rakaat sholat dhuha
Cara pelaksanaan shalat dhuha dilakukan seperti shalat-shalat sunnah lain, hanya saja niatnya adalah melaksanakan shalat dhuha (cukup di dalam hati). Demikian juga bacaan surah, dibolehkan membaca surat apa saja dari al-quran setelah membaca surat al-fatihah. Sholat dhuha, sebagaimana sholat sunnah lainnya paling afdhol dilakukan secara munfarid (sendiri-sendiri), namun sesekali boleh dilakukan secara berjamaah.
Jumlah rakaat sholat dhuha itu adalah 2, 4, atau 8 rakaat dengan sekali salam saja. Hal ini sesuai dengan dalil-dalil berikut ini:
Abu hurairoh r.a. berkata, “Kekasihku (Nabi SAW) telah mewasiatkan aku dengan 3 perkara; shaum 3 hari setiap bulan, dua rakaat dhuha, dan witir sebelum saya tidur”. (Shahih al-bukhari)
Ditanyakan kepada ‘Aisyah, “Apakah rasulullah SAW mengerjakan sholat dhuha?” Beliau menjawab, “Ya, beliau sholat 4 rakaat dan melebihkannya sekehendaknya.” (Shahih Muslim, Sunan Ibnu Majah, Musnad Ahmad Ibnu Hanbal)
Dari hadits ‘Aisyah tersebut ada juga pendapat yang mengatakan sholat dhuha itu minimal 2 rakaat namun bisa ditambah sekehendaknya dengan kelipatan 2 rakaat dengan cara tiap 2 rakaat salam. Wallohu ‘alam…
Ummu Hani’ r.a. berkata, “Rasulullah berdiri untuk mandi; maka Fatimah menghalanginya, lalu beliau mengambil pakaiannya kemudian berselimut dengan pakaian itu, lalu sholat 8 rakaat shalat sunnat dhuha.” (Shahih Muslim, Musnad Al-Harits)
Adapun hadits-hadits yang menerangkan sholat dhuha 8 rakaat dengan 4 kali salam; demikian pula yang 6 dan 12 rakaat, semuanya dla’if dengan alasan sebagai berikut:
Ummu Hani’ r.a. berkata, “Rasulullah SAW pada hari Fath Makkah shalat dhuha 8 rakaat. Beliau salam pada setiap 2 rakaat.” (Shahih Ibnu Khuzaimah, Sunan Abi Dawud, Sunan Ibnu Majah)
Dalam sanad (jalur periwayat) hadits tersebut terdapat seorang rawi (periwayat) bernama ‘Iyad ibnu ‘Abdillah ibnu ‘Abdirrahman. Al-Bukhariy mengatakan, “Dia munkar al-Hadits” (Badzi al-Majhul 7 : 34)
Anas ibnu Malik r.a. berkata, “Aku melihat rasulullah SAW shalat dhuha 6 rakaat. Maka aku tidak pernah meninggalkan yang 6 rakaat itu setelahnya (wafatnya beliau).” (al-Mu’jam al-Ausath)
Dalam sanad hadits tersebut terdapat seorang rawi bernama Sa’id ibnu Maslamah al-‘Amawy. Al-Bukhariy mengatakan, “Dia munkar al-hadits” (Tahdzib at-Tahdzib 4: 83)
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa sholat dhuha 12 rakaat, pasti Allah akan membangun sitana dari emas di surge untuknya.” (Sunan At-Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah)
Dalam sanad hadits tersebut terdapat rawi bernama Musa ibnu Fulan ibnu Anas. Dia majhul (Tahdzib al-Kamal 29: 173).
Rosulullah SAW bersabda, “Siapa yang sholat dhuha 2 rakaat, ia tidak dicatat termasuk orang yang lalai. Dan siapa yang shalat 4 rakaat, ia dicatat sebagai ahli ibadah. Dan siapa yang shalat sebanyak 8 rakaat, Allah mencatatnya sebagai orang yang taat. Dan siapa yang shalat 6 rakaat, maka niscaya dihapus dosanya pada hari itu. Dan siapa yang sholat 12 rokaat, Allah membangunkan baginya sebuah rumah di surge.” (as-Sunan ash-Shughra, Musnad Al-Bazzar)
Dalam sanad hadits tersebut terdapat rawi bernama Husain ibnu ‘Atha, ibnu Hibban mengatakan, “Dia sering salah” (Tahdzib al-Kamal 2: 240), Abu Hatim mengatakan, “Ia itu munkar al-hadits” (Mizan al-I’tidal 1: 542). Sedangkan dalam sanad ath-thabraniy terdapat rawi bernama Musa ibnu Ya’qub yang dinilai buruk hafalannya (Tahdzib al-Kamal 29: 173).
Fadhilah sholat dhuha
Pahalanya seperti mengerjakan ibadah umroh
“Dari Abu Umamah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, ‘Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barangsiapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan umrah.’” (Shahih Al-Targhib: 673).
Allah akan mencukupi kebutuhan kita
Rasulullah menyampaikan hadits qudsi (hadits yang merupakan firman Allah swt namun redaksinya dari Nabi saw) bahwa dengan shalat dhuha, Allah SWT akan menjamin kebutuhan orang yang melaksanakannya. Dari Nuaim bin Himan al-Ghothofani, dari Rasulullah saw , dari Tuhannya berfirman, “Hai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat di permulaan siang, maka akan Aku cukupkan engkau di penghujungnya”.
Dihitung sebagai sedekah
Rasulullah saw bersabda, “Setiap pagi setiap tulang (persendian) dari kalian akan dihitung sedekah, oleh karena itu setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar ma’ruf (memerintah kebaikan) adalah sedekah, nahi munkar (mencegah kemungkaran) adalah sedekah, dan hal itu cukup dilakukan dengan mengerjakan dua rakaat shalat dhuha” (HR; Muslim)
Dan lain sebagainya…
Bolehkah selalu mengerjakan sholat dhuha (tidak pernah putus)?
Mengingat banyaknya ganjaran yang diberikan kepada orang yang mengerjakan shoat dhuha, sehingga kita berusaha untuk selalu mengerjakannya. Bahkan jika perlu jangan sampai terputus (rutin). Namun apakah rasulullah juga tidak pernah putus mengerjakan sholat dhuha? Kita bisa ketahui dari hadits berikut ini..
Telah berkata Abu Sa’id Al-Khudriy, “Rasulullah SAW pernah sholat dhuha, hingga kami sangka yang ia tidak akan tinggalkan; dan rasulullah biasa pula tinggalkan, hingga kami sangka yang ia tidak akan kerjakan”. (H.R. At-Tirmidzi)
Riwayat ini menunjukkan, bahwa rasulullah SAW tidak selalu mengerjakan sholat dhuha..
Comments
Post a Comment