Skip to main content

Amal-Amal shalih yang Menghantarkan Seorang Muslim ke Surga

Allah SWT menceritakan  para pewaris surga firdaus yang disebutkan dalam surat al mukminun ayat 1 -11 :

" Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (yaitu) orang-orang yang khusyu dalam shalatnya. Dan orang-orang yang menjadikan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, Dan orang-orang yang menunaikan zakat, Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa yang mencari di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara sholatnya. Mereka itulah orang yang mewarisi (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus.Mereka kekal di dalamnya"

Allah SWT juga menjelaskan bahwa ketakwaan yang sebenar-benarnya kepada Allah merupakan amalan teragung untuk meraih surga. Ketakwaan sebagaimana yang banyak didefinisikan oleh para ulama adalah melaksanakan semua yang diperintahkan Allah SWT dan meninggalkan semua yang dilarang-Nya

Allah SWT berfirman,

" Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertaqwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik,(yaitu) surga Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka, didalamnya mereka bertelekan (di atas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman di surga itu. Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya. Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab.esungguhnya ini adalah benar-benar rezeki dari Kami yang tiada habis-habisnya. " (QS. Shad (38): 49-54)

"  Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya mereka mendapat tempat-tempat yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang tinggi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Allah telah berjanji dengan sebenar-benarnya. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya."
QS. az-Zumar (39) : 20

" Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada dalam tempat yang aman, (yaitu) di dalam taman-taman dan mata-air-mata-air, mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan, demikianlah. Dan Kami berikan kepada mereka bidadari. Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran), mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. Dan Allah memelihara mereka dari azab neraka, sebagai karunia dari Rabbmu. Yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar."
QS. ad-Dukhan (44) : 51-57

" Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai,di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa."   QS. al-Qamar (54) : 54-55

" Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya."
QS. al-Qalam (68) : 34

Syaikh Thaha Abdullah Afifi dalam kitabnya Mi’ah wa Isyrun Miftahan min Mafitihil Jannahmenjelaskan diantara ciri sekaligus amalan orang-orang bertakwa. Ia berkata: diantara riwayat paling lengkap dan paling bagus tentang sifat-sifat orang bertakwa yang pernah saya baca adalah sebagai berikut,

 Pada suatu hari, seorang sahabat bernama Hamman bertanya kepada Ali bin Abi Thalib:

“ Wahai Amirul Mukminin, jelaskan kepadaku sifat-sifat orang bertakwa sehingga seakan-akan aku melihat mereka, “

kemudian Ali bin Abi Thalib menjawab,

“ mereka adalah orang-orang yang jujur dalam berkata , berpakaian dengan sederhana, dan berjalan dengan gaya tidak sombong. Mereka memelihara pandangan matanya dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah, dan telinga mereka selalu terpasang untuk mendengar ilmu yang bermanfaat. Jiwa mereka tetap tenang, baik ketika menerima anugerah maupun ketika mereka sedang menghadapi cobaan. Seandainya tidak ada ajal yang telah ditentukan Allah bagi mereka, jiwa mereka tidak akan mau menyatu dengan raga mereka barang sekejap supaya selalu bisa dekat dengan Allah untuk melampiaskan rindu.

Di mata mereka yang besar hanyalah Allah, sedangkan selain-Nya semua terlalu kecil. Hati mereka kaya raya, orang lain dijamin aman dari kejahatan mereka, tubuh mereka kurus, tuntutan kehidupan mereka sangat sederhana, dan jiwa mereka suci bersih. Mereka rela menderita untuk sementara waktu demi kebahagiaan yang panjang dan abadi. Mereka sibuk dalam suatu perniagaan menguntungkan yang dikendalikan dan dijamin oleh Allah. Dunia menginginkan mereka, tetapi mereka tidak begitu menginginkannya. Di waktu malam mereka tekun dan khusyu' membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Ketika membaca ayat tentang siksa Allah, jiwa mereka bergolak penuh semangat, harapan, dan kerinduan. Tetapi ketika membaca ayat tentang siksa Allah, hati mereka tunduk dan gemetar. Mereka merasa seolah-olah jeritan tangis pilu para penghuninya begitu dekat di telinganya, lalu mereka berharap memohon agar Allah membebaskan mereka daripadanya.

Sedang pada siang hari mereka tampil dalam sosok-sosok yang santun, yang berbakti, yang bertakwa. Rasa takut akan siksa Allah membuat mereka tampak begitu murung, sehingga orang lain melihat mereka sedang sakit. Padahal, sejatinya mereka sedang prihatin lantaran masih terlau sedikit amal-amal shaleh yang baru mereka kerjakan, sementara dosa-dosa yang mereka langgar sudah terlalu banyak. Mereka merasa curiga terhadap diri sendiri, dan merasa kasihan terhadap amalan-amalannya yang masih minim. Karena itu mereka merasa takut dan risih sekali ketika orang lain memuji mereka. Dengan jujur mereka berkata kepada Allah, “Ya Allah, kami lebih tahu diri kami daripada orang lain. Dan Engkau lebih tahu diri kami daripada diri kami sendiri. Ya Allah, jangan hukum kami disebabkan pujian mereka itu. Ampunilah kami atas sesuatu yang tidak mereka ketahui itu”

Sifat-sifat lain yang menjadi ciri orang-orang yang bertakwa ialah, komitmen agamanya sangat kuat, gigih dalam kelembutan, iman dalam keyakinan, bersemangat dalam keilmuan, beramal dalam kesantunan, bersahaja dalam kekayaan, khusyu’ dalam beribadah, tampil prima dan percaya diri dalam kemiskinan, sabar dalam kesulitan, mencari yang halal, konsisten dalam kebenaran, dan menghindar dari keserakahan. Mereka tekun melakukan amal-amal shaleh dengan hati-hati dan waspada. Pagi hari mereka bertekad untuk selalu ingat Allah dalam melakukan semua aktifitas, dan sore hari mereka mensyukurinya. Menjelang tidur mereka takut lalai dari mengingat Allah, dan bangun tidur mereka merasa gembira karena Allah masih memberikan mereka anugerah serta rahmat.

Apabila tengah menghadapi kesulitan, mereka hanya mengandalkan Allah, Idolanya adalah hal-hal yang tidak fana’. Mereka tidak menyukai sesuatu yang tidak abadi. Mereka padukan kesantunan dengan ilmu, dan ucapan dengan perbuatan. Harapan mereka tidak muluk-muluk, sehingga mereka jarang melakukan kesalahan, hati mereka khusyu’ dan jiwa mereka tidak serakah, sehinga semua urusan mereka anggap mudah. Mereka sanggup mengendalikan nafsu dan menahan amarah. Orang lain akan mendapatkan kebajikan-kebajikan dari mereka, bukan kejahatan-kejahatan. Mereka memaafkan orang yang justru zhalim kepada mereka.mereka berlaku dermawan kepada siapa saja yang justru kikir kepada mereka. Dan mereka mau menyambung hubungan kekeluargaan atau hubungan persaudaraan dengan orang yang justru mencoba memutuskannya. Mereka tidak mau membalas kejahatan dengan kejahatan. Kata-kata mereka lembut. Bagi mereka seribu kawan terlalu sedikit, satu lawan terlalu banyak. Mereka sabar dalam menghadapi cobaan, dan bersyukur saat menerima nikmat.

Mereka tetap berlaku santun sekalipun terhadap orang yang membencinya. Mereka tidak mau mengecewakan orang lain yang mencintainya. Mereka mengakui kebenaran sebelum diminta mempersaksikannya. Mereka tidak mau menyia-nyiakan amanat yang dipercayakan kepadanya.Mereka tidak suka saling mencela dan memberi gelar-gelar yang jelek. Mereka tidak mau menyakiti tetangga. Jika ada yang berbuat aniaya mereka tetap sabar, dan menyerahkan segalanya hanya kepada Allah. Bergaul dengan mereka orang akan merasa aman dan beruntung. Semua aktifitas mereka selalu memperhitungkan kepentingan-kepentingan akhirat. Mereka tidak mau menyakiti dan mengecewakan siapapun, termasuk kepada orang-orang yang tidak suka terhadap din mereka”

***
Sumber: buku karya Abu Fatiah Al- Adnani dengan judul "Indahnya Surga Dahsyatnya Neraka" halaman 93-98, Granada Mediatama, Perpustakaan Nasional: Katalog dalam terbitan (KDT).

Comments

Popular posts from this blog

Pengertian Takhalli, Tahalli, dan Tajalli

Takhalli artinya membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, dari maksiat lahir dan batin. Di antara sifat-sifat tercela itu menurut Imam al-Ghazali adalah pemarah, dendam, hasad, kikir, ria, takabbur, dan lain-lain. Takhalli juga dapat diartikan mengosongkan diri dari sifat ketergantungan terhadap kelezatan duniawi. Hal ini akan dapat dicapai dengan jalan menjauhkan diri dari kemaksiatan dalam segala bentuknya dan berusaha melenyapkan dorongan hawa nafsu jahat. Menurut kalangan sufi, kemksiatan dapat dibagi dua ; pertama maksiat lahir yaitu sifat tercela yang dikerjakan oleh anggota lahir seperti tangan, mulut dan mata. Sedangkan maksiat batin ialah segala sifat tercela yang diperbuat anggota batin yaitu hati. Menurut al-Ghazali moral adalah setiap hal yang mengangkat jiwa dan kehidupan menuju cahaya dan kesucian. Sedangakan kejelekan adalah semua hal yang merusak tubuh jiwa serta akal dan menjauhkan ruh dari cahaya dan kesucian. Al-Ghazali mengajak untuk tidak menjilat dalam mencar...

Chord & Tab Gitar : Mujhse Dosti Karoge

Chord & Tab Gitar : Mujhse Dosti Karoge - Mujhse Dosti Karoge Intro : e-3-5-6--3-5-6--3-5-3/1------- B------------------------------ G------------------------------ D------------------------------ A------------------------------ E------------------------------ e-1-3-5--1-3-5--1-6-5-3-3----- B------------------------------ G------------------------------ D------------------------------ A------------------------------ E------------------------------ Strum G major Few times..(listen to da song) Strum G, F, and G major few times (listen to da song) song starts.... G.....................................F.... keh do ki tum mere dil mein rahoge F.....................................G.... keh do ki tum mujhse dosti karoge repeat 2X C............G............F..................G.... .. Dekhungi, sochungi, kal parso kuch kahungi

bahasa kutai

Bahasa Kutai  adalah  bahasa Melayu  yang hidup dan berkembang sejalan dengan perkembangan  suku Kutai . Suku Kutai adalah  suku  yang mendiami alur sepanjang  Sungai Mahakam , dan populasinya terbesar di wilayah bekas  Kabupaten Kutai  dahulu (Kabupaten induk dari  Kabupaten Kutai Barat ,  Kutai Kartanegara , dan  Kutai Timur  sekarang ini). Bahasa Kutai umumnya hidup dan berkembang dalam bentuk penuturan (percakapan), serta sastra dalam bentuk  puisi  ( pantun ). Sangat sedikit bukti-bukti tertulis yang dihasilkan dalam bahasa Kutai, terlebih lagi yang dihasilkan pada periode pemerintahan  Sultan Kutai Kartanegara . Umumnya produk tertulis pada zaman itu berbahasa Melayu, dengan  huruf Jawi . Berdasarkan  morfologi  penuturannya, ada beberapa dialek dalam bahasa Kutai yang umum dijumpai saat ini, yaitu  dialek Tenggarong  (umum, sudah agak modern karena bercampur / dipengaru...